Sabtu, 23 Mei 2015

Pengantar Tidur II


Sabtu,14 Febrari 2015

Orang-orang marak membicarakan kado. Disana-sini mawar merah merekah menjajakan diri, "Sini, aku cantik bukan?". Dijalanan lampu-lampu hias memesona berkerlip seperti bintang di angkasa sana.
Bagiku apalah arti semua itu.
Karena dia yang ku rindu, yang ku sayang, jauh ku lihat dia berjalan mendekatiku. Takut-takut dia hendak menyeberang jalan, dengan setumpuk beban di pundaknya. Aku memapahnya. Wajahnya terlihat lesu, pecinya juga menjadi lusuh karena perjalanan panjang.
Dia tersenyum, ikhlas. Menghilangkan semua kekhawatiran, menghapus semua penat.
Ku pegangi tangannya yang kekar walaupun kian merenta, ku kecup seakan tak ingin berpisah.
Dia pahlawanku...
Idolaku...
Segalanya bagiku.
Kasihnya yang tak pernah pudar, bagaimanapun keadaanku.
Di matanya terdapat telaga, sorotnya penuh kehangatan mengalahkan sang mentari. Walau keringat mencucur di pelipis, walau tulang belulangnya kian meremuk, engkau tetap engkau...
Ayahku.
Terimakasih untuk segalanya, pengorbanannya, tak dapat tergantikan.
Semoga engkau selalu disampingku. Ayah.

Leave a Reply